Sabtu, 31 Desember 2011

Setahun Kemarin

Setahun kemarin, banyak sudah yang aku lewati, so pasti banyak rasa juga.
Dari semua yang sudah aku jalani, rasanya tidak ada yg membuat aku menyesali jalan ♈ǝлƍ sudah aku ambil.
Bukan karena aku over pede. Tapi justru, karena aku belajar untuk tidak hanya menyesali, tapi juga belajar untuk memperbaiki. Dan, dengan berjalannya waktu, aku lebih memilih untuk memperbaiki dan berbenah diri ketimbang hanya menyesali tanpa bertindak.
Banyak hal juga Ɣªήg Цđǻћ aku jadikan bahan pembelajaran. Disaat ada penghargaan atas segala usaha Ɣªήg aku lakukan, aku mengalami masa2 sulit, ♈ǝлƍ membuat aku paham bahwa, hidup !†ù sangatlah seimbang antara kesusahan dan kesenangan.
Aku juga belajar dan semakin yakin akan nilai pertemanan. 6 bulan terakhir, banyak hal tidak mengenakkan bagi aku dan kawan2 terdekat. Ɣªήg membuat kami semakin solid. Membuat kami belajar bahwa, kesusahan !†ù hanyalah salah satu jalan untuk membuktikan bahwa kami adalah pribadi Ɣªήg tangguh. Kesalahan membuat kami tau, teman mana Ɣªήg sanggup tetap berada di sisi kita, memberitahu kesalahan kita, sambil membantu kita mencari penyelesaian. Bukan'n mengucilkan. Mengajarkanku, bahwa kita tak akan sanggup berdiri tegak, tak akan bisa berprestasi tanpa dukungan dari orang2 Ɣªήg tulus menyayangi kita. Aku juga tetap yakin, bahwa selama kita mau bekerja keras dan pantang menyerah, sekalipun ada kegagalan, selalu akan ada hal baik menghampiri. Di atas segalanya, restu dari-Nya adalah ♈ǝлƍ terpenting.
Satu lagi, apapun Ɣªήg dijalani dengan ketulusan dan keikhlasan, akan menghasilkan buah Ɣªήg manis.
Apapun ♈ǝлƍ akan terjadi di tahun 2012 nanti, semoga akan membuat jalan hidup kita makin kokoh. Aku tidak juga berusaha membuat beragam resolusi. Hal penting ♈ǝлƍ aku pelajari menjelang pergantian tahun, adalah, memulai perubahan yg baik adalah dengan merubah hal negatif dalam diri kita dulu. Dan, aku rasa hanya !†ù Ɣªήg aku rencanakan.
(Terlalu banyak hal negatif dlm diriku, rasanya).
Mohon maaf apabila kenegatifan-ku pernah menyinggung, menyakiti atau menyusahkan kalian.
Bantu aku memperbaikinya, ya?
Semoga segalanya akan jadi lebih baik lagi...
☀šŢűήПǴΚάԄа※
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Minggu, 20 November 2011

Menjaga 'titipan'

Benar sekali,kalau ada ♈ǝлƍ mengatakan bahwa anak adalah karunia terindah. Benar pula,bahwa tak ada sekolah untuk menjadi ortu ♈ǝлƍ baik.
Kita harus banyak mencari info,belajar dari pengalaman orang lain, mengkombinasikan setiap info tersebut, dan mencari cara paling tepat untuk diterapkan di rumah.
Hampir semua ortu tau !†ù. Hanya saja, agak mengecewakan kalau aku mendengar seorang ibu mengeluh "aduh,liat dong,anaknya si A,rapi, bersih,gampang diatur,dll, coba anakku bisa kayak gitu"
Beda kalau kalimat tertakhir ♈ǝлƍ kita pakai adalah"waduh,kalau anakku,kayaknya kebalikannya deh" kemudian dilanjutkan dg keterangan kehebohan anaknya. Sebenarnya, ibu kedua sedang menunjukkan bahwa kekurangan anaknya, justru membuat hidupnya berwarna,dia tidak menyesali,sedang ibu dg kalimat pertama, menyiratkan penyesalan.
Saat kita selalu menggunakan orang lain sbg contoh positif, kita justru sedang membuat anak membenci si tercontoh (tertuduh=orang ♈ǝлƍ dituduh,kan?).
Benar bahwa kita harus mengarahkan anak ke arah ♈ǝлƍ positif. Tapi, apa susahnya menerima dia apa adanya? Anak anda serabutan dan tidak rapi? Mari,bersama ajarkan dia, walaupun !†ù memakan waktu lebih dari setahun! Anak anda tidak tahan memakai udeng lebih dari 10' di pura? Bawakan udengnya, rayu perlahan, puji saat dia mau. Dia moody dan sering histeris jusyru saat di muka umum? Jangan bentak dia, sabarr, menjauhlah dari keramaian, bicara pelan2,dekap dia,beri kenyamanan dan rasa percaya bahwa anda mengerti dia!
Saya mengarang? Percayalah, semua contoh tesebut adalah nyata, terjadi pada my little prince, bahkan 80% keluarga dekat mengakui, bahwa perlu kesabaran seluas samudra utk menghadapi dia. Tidak selalu berhasil, tapi aku tetap mencoba. Setidaknya, dia yakin bahwa aku sangat menyayangi dia. Dia tetap confident. Bonusnya bagiku, bunga di dapur, lagu kasih ibu saat aku sakit, dan keyakinan bahwa aku jauh lebih cantik daripada Luna Maya!
Setiap kali aku mendengar orang bercerita ttg sikap (♈ǝлƍ dianggap)negatif-nya, aku bekerja sama dg vina dan mama-ku, mengalihkan !†ù menjadi cerita lucu ttg kelakuan mesha. Bahwa walaupun !†ù buruk, tapi aku tidak menganggap !†ù aib. Aku akan selalu berjuang untuk mengarahkan anak2ku ke arah positif. Aku tidak tau bagaimana hasilnya nanyti. Aku hanya tidak akan menyerah, demi vina dan mesha.
Mulailah menempatkan anak2 pada tempat ♈ǝлƍ paling berharga di hati kita. Berhentilah mencari pembanding. Dia bukan juara kelas? Maka gali-lah potensinya di bidang lain! Cintai mrk apa adanya! Just the way they are...
Jangan pernah menyerah...S̤̥̈̊є̲̣̥є̲̣̣̣̥♍ªªªηGªª†̥†̥̥
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 17 November 2011

Kadang,banyak orang mengkhawatirkan jarak tempuh yang terlalu jauh, tapi buatku,kadangala jarak justru membuat amarah dan kesedihan tertiup angin. Mungkin masih ada yang akan tersisa, dan ada sakit ♈ǝлƍ masih terasa. Tetapi suatu saat !†ù hanya akan menjadi sesuatu untuk dikenang, bukan lagi apa-apa
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Minggu, 05 Juni 2011

Kutukan Mama Sinchan

Duluuu…sekali, sewaktu masih duduk di bangku SMP, saat pertama kali serial Crayon Sinchan diputar…aku suka nonton serial ini. Walaupun tidak sampai berhasil menggeser posisi Doraemon dan Detektif Conan, dihatiku. (bahasanya dong!). Tapi itu hanya di awalnya saja. Makin ke belakang, makin ngeri nontonnya. Rada ekstrim gitu deh. Belum lagi, aku kurang suka sama ‘premanisme’ orangtua Sinchan. (entah apa maksudku dengan premanisme). Trus, jujur saja, aku agak pusing melihat tingkah laku Sinchan. Nakal buangett!!!. Maka, aku sering bener mencela orangtua-nya. Apalagi, kalau melihat si ayah atau si ibu minta maaf di sana-sini. Dikit-dikit, minta maaf. Pergi kemana saja, minta maaf. Apapun yang terjadi minta maaf. Jujur saja, dulu aku mencela dengan cara mentertawakan mereka. Yah…lucu saja melihat gaya dan ekspresi mereka saat meminta maaf. Aku benar-benar geli melihatnya. Mentertawakan penderitaan orang lain, amat sangat tak patut, kan?
Lah, saat ini, aku benar-benar bisa merasakan perasaan dan penderitaan si ayah/ibu sinchan (lebay.com).
Tau gimana rasanya saat si anak (di pertokoan yang sangat ramai) mendekati orang asing dan bertanya…”om tadi kentut, ya?!!” dengan suara yang lantang dan penuh keyakinan.
Tau gimana rasanya, saat bertamu ke rumah teman, anakmu berkata pada tuan rumah “tante tau ga kalo kamar mandi tante baunya pesing…” atau saat dia tidak berkata apapun yang merontokkan hatimu, dia justru menumpahkan makanan/minuman di karpet atau sofa tuan rumah!
Tau gimana rasanya sehabis berbelanja di suatu tempat dan berjalan pulang, si ibu dikejar oleh satu pedagang dan berkata “maaf, bu…tadi anak ibu ngambil apel di tempat saya” (belum bayar, tentunya).
Atau, kalaupun tidak harus meminta maaf secara massal…maka harus menerima kenyataan bahwa banyak barang2 di rumah menjadi korban ‘kekreatifan’ mereka.
Misalnya, lipstick cair yang disangka kutex. Atau lipstick sesungguhnya yang dijadikan spidol. Atau menggunting poni secara ekstrim….melakukan percobaan2 ‘ilmiah’ (versi mereka) pada hewan peliharaan (dalam hal ini, yang paling sering dijadikan bahan percobaan adalah jaguar). Eksperimen mengerikan menggunakan gunting pada : tali tas hadiah dari sepupu yang harganya bikin sakit kepala, sarung kesayangan papa, sprei yang warnanya matching ama korden, sampai ekor ayam kesayangan papa. Kadang, saat pulang sekolah, aku harus menggunakan tenaga ekstra untuk membersihkan anak2 tetangga yang mukanya dijadikan bahan eksperimen make-up. Hhhhhhhhh…….
Mungkin, kejadian2 diatas wajar terjadi pada banyak orangtua yang mempunyai anak seumuran anak2ku. Tapi, kadang aku berfikir, mungkinkah…ini adalah kutukan mama sinchan???

Kamis, 26 Mei 2011

~SEHABIS BERITA~

Aku suka nonton berita. Tidak hobby banget sih, suka aja. Daripada nonton sinetron, mendingan juga nonton berita. Berita yang bukan infotainment. Tapi, sejujurnya, suka nonton berita sebagai sampingan. Kalau sedang tidak pengen nonton acara kesukaan utama. Yaitu, acara komedi.
Hmm, kalau dipikir-pikir, rasanya lebih menyenangkan nonton talkshow, atau acara macam Bolang, Deni manusia Ikan, dst. Lebih santai. Nambah pengetahuan, nggak bikin ribet. Nonton Kick Andy, bikin kita mempelajari sesuatu dari pengalaman orang lain. Just Alvin, acara hiburan yang ga asal ‘hiburan dan berbincang’.
Lalu ada apa dengan Bolang dan acara semacam itu? Aku belajar dari anak-anakku. Begini, suatu hari, Vina berbicara tentang kopi Luwak. Darimana asalnya, bagaimana prosesnya, sampai harganya. Juga, anak2 pernah membahas tentang kota2 di dunia yang paling bersih, populasi terbesar, sampai…beda antara kepiting dan rajungan. Tentu saja, infonya dari acara di salah satu TV Swasta antara pk.11.00 – 15.00 wita. Aku jadi ketularan.
Walaupun, pada akhirnya…”I prefer to read than watching tv”
Nah, balik lagi ke Berita. Ada ga sih, yang rutin…banget nonton berita? Terutama, berita nasional. Maksud saya (dengan kata nasional) tentu saja berita dalam negeri, bukan merk alat elektronik itu, ya! ~garing~
Soalnya nih, yang dibahas di berita-berita (nasional) belakangan ini, menurut aku…(yang jarang nonton berita) agak … membosankan. Apalagi yang rajin nonton berita, ya? Nggak pusing apa? Terutama, berita dari dunia politik. Maaf, bukan bermaksud buruk…tapi, apa yang bisa kita contoh dari para ‘panutan’ itu?
Sekali lagi, maaf, tapi, saya benar2 ingin tahu, apa yang ada di pikiran para penonton yang lain? Saya benar2 penasaran. Karena yang ada di pikiran saya adalah….
Seandainya, Dora Emon mau meminjamkan pintu kemanasaja, saya ingin dia mengantarkan saya bertemu dengan Profesor Snape di Sekolah Sihir Hogwarts, dan memohon agar Profesor berkenan memberikan satu tanki ramuan VERITASERUM, agar rakyat tidak lagi bingung, manakah yang benar2 tulus, dan siapakah yang patut disingkirkan untuk memajukan negara ini…”

Kamis, 03 Februari 2011

Perhatian Kalian itu loh.....

“ca, mama berangkat kerja dulu ya…”
“ote ma, ati-ati di jalan ya…”
Setiap kali sebelum berangkat kerja, aku selalu berpamitan pada suami dan anak-anak…tambah ke anjing, babiers (para babi), ayams, dll (mau kerja ato mau migrasi ya???).
Yang bener cuma sama yang 3 pertama aja. Itupun kalau Vina belum berangkat ke sekolah. Kalo sudah berangkat, ya aku ga pamitan ke dialah…ga mungkin aku dateng ke sekolah dia, masuk kelasnya dan ngomong ke gurunya “permisi pak, saya mau pamitan sama anak saya, saya kan mau kerja…” males banget kan? Kayak mau kerja ke luar negeri ajah…
Ohya, kembali ke soal pamitan di pagi hari… kalo pamitan sama suami, jawabannya pasti “hati2 ya ma”…kalo musim hujan, ada pesan tambahan, “inget2 lubang di jalan ya” (maksudnya biar ga nyungsep lagi)
Jawaban anak2 pun sebenarnya setipe ama papanya. Contohnya ya seperti yang sudah aku tulis di awal tulisanku ini…
Belakangan, jawaban Meca mulai lebih variatif dari Vina (walaupun tingkat kesungguhannya diragukan). Misalnya, “ote ma…tapi, jangan jatuh lagi ya…” atau “mama, pulangnya jangan lewat jalan yang rusak itu ya ma…” perhatiankah dia? Jangan kagum dulu saudara2ku… ada lanjutannya “lewat kota ajah, beliin caca yodut” (yoghurt) nah kan…
Kemanapun aku pergi, pesan dan kesan selalu banyak. Mau olahraga pagi di sekolah, ada aja pesen “inget makan dulu” atau “jangan lupa nanti minum air putih” atau “sepatunya jangan ketukar” (hehe, yang terakhir bo’ong lah…)
Lah, semester genap, karena aku kebagian masuk pagi, kena lah aku sama upacara bendera. Asal udah hari senin, wuahhh heboh lah berangkat sepagi mungkin (walopun lebih sering telat…). Aku inget, kali kedua aku mau mengikuti upacara bendera, pesan dari Vina, benar2 menyentuh…”mama besok upacara? Jangan di tempat yang panas banget ya ma…nanti sakit, mama cari tempatnya di bawah pohon aja ya…” Aku nyengir. Sebenarnya, pesan dari vina ini benar2 serius dan tanpa maksud tertentu dia ngucapinnya. Hanya saja, kalo aku turuti permintaan dia itu, mengingat antara lokasi baris para guru dan pohon terdekat, kurang lebih 5 meter…oke memang tidak jauh, tapi, tetap saja kalo aku berdiri di bawah pohon itu…aku akan lebih terlihat seperti penampakan dari dunia lain dibandingkan peserta upacara normal….
Pesan2 ini kadang bisa jadi semacam penyemangat untukku. Kadang lucu dan aneh. Bikin nyengir sendiri di jalan. Kalopun aku terganggu, suamiku pasti bilang…”anak2 kan niri mamanya, lagian itu kan bentuk ungkapan sayang…”
Hmm,bener juga…soale, aku termasuk mama dan istri yang bisa dibilang ‘rese’ kalo suami ato anak2 mau kemana gitu…bukan ngelarang sih, hanya, pesan dan kesannya itu loh… mungkin bener juga anak2 jadi suka niru aja secara otomatis. Jadi, tujuanku kan karena sayang, berarti, mereka juga sayang kan?
Saat jam kerja juga begitu, di rumah hujan, aku ditelpon, oleh Vina dan papanya (secara terpisah) ngasi info kalo di rumah hujan, pulangnya ati2. Ato sekedar pengaduan.
“mama, tadi bokornya ina didudukin ama temen, jadi penyek” ato
“mama, tadi caca bakar ogoh2 ama pak tut” ato…yang paling memelas…
“ma…cepet pulang ya, meca ngancurin rumah…” (dari suamiku)
Hehehehehehe…..

Minggu, 30 Januari 2011

Anakku Super (kah???)

Yang namanya orangtua, dimanapun, kapanpun, memang sangat menginginkan anaknya menjadi yang terbaik. Yah, minimal masuk kelompok terbaik lah. Jujur saja… semua orangtua pasti begitu, kan?
Aku sendiri, selalu berharap, dan menghayalkan banyak hal baik tentang anak2ku.
Lah, masalahnya, patokan terbaik, atau tidak itu apa ya? Kayaknya belum ada ketentuan yang jelas deh. Kalau aku lihat… bagi banyak ortu, terbaik itu, berarti pintar (pintar itu apa? Lah bisa ngambil bola aja kadang udah dibilang pinter ya?), lucu, menggemaskan, ngomongnya lancar, jadi kalau kusimpulkan, boleh dibilang, anak2 iklan itu lah…
Contohnya ni, pada salah satu iklan susu, wih….katanya anak umur 2 tahun itu, uda pinter ngancingin baju sendiri. Lihat anak kebanyakan-anakku contohnya-….paling banter dia jago ngencingin bajunya…. (walopun, menurut aku, yang di iklan itu, dijamin bukan anak berumur 2 tahun…atau memang 2 tahun…tapi 2 tahun 11 bulan).
Yang seperti ini, seringkali bikin salah persepsi. Banyak calon ibu, dari baru kehamilan sudah minum beragam vitamin untuk si jabang bayi. Dan, yang dominan tentu saja vitamin untuk otak (mengandung dha). Padahal…kalau terlalu banyak vitamin, bukannya kurang baik juga? Misalnya nih…dha berfungsi untuk merangsang perkembangan sel otak. Lah kalo kebanyakan…apa bukannya bisa membuat pertumbuhan yang terlalu pesat? Apa bukannya malah mengganggu keseimbangan pertumbuhan itu sendiri? Ga tau juga ya…ini Cuma pikiran orang awam (aku, maksudnya).
Bahkan ni, seudah si anak lahir, digerecoki dengan banyak vitamin pula…
Pernah aku ngeliat ibu dan bayinya yang amat sangat bulat. Si ibu udah kesulitan banget bawa bayinya. Tau apa makanan si bayi? Itu loh…bubur jadi, yang untuk memontokkan bayi….
Buset….aku ikut prihatin pada masa depan si anak….(hehehehe, maaf…)
Atau, ada seorang sepupu, yang sedang mengambil spesialisasi anak, mengeluh, betapa banyaknya ortu masa kini maunya ngasi anaknya vitamin. Penambah nafsu makan lah, untuk nutrisi otak lah…
Aku sendiri, terus terang suka juga memberi anakku vitamin…sewaktu anakku baru makan bubur, aku juga suka membelikan bubur khusus untuk memontokkan bayi. Hasilnya? Si Vina waktu bayi begeng aja tu…ga mau montok kayak bayi lain di iklan TV. Apa kata sepupu aku? “jeng…kalo emang anaknya ga bisa gemuk, jangan dipaksa deh…yang penting, berat badan udah sesuai sama standar dan perkembangan fisik dia juga udah sesuai…”
Ya sudah, aku ga pusing lagi. Toh, walopun anakku ga ada yang montok, makannya ga pernah kurang, dan sudah sesuai standar gizi. Perkembangan kemampuan motorik dan lainnya juga ga pernah berlebihan atau kekurangan. Standar lah…
Seudah melewati tahapan bayi, tahapan berjalan dan berbicara juga suka bikin aku stress. Maklum, aku tinggal di kampung. Jadi, interaksi dengan lingkungan sekitar masih sangat intens. Banyak anak seumuran Vina, sudah mulai bicara. Tapi Vina-ku, masih sangat susah. Banyak keluarga dekat, bahkan neneknya, suka paranoid, apakah dia gagu? Astaga…
Tapi mama meyakinkan aku, asalkan indera pendengaran dia berfungsi dengan baik, ga ada yang perlu ditakutkan. Tambah lagi, aku sendiri, sampai mencapai umur 3th, masih bermasalah dengan kemampuan berbicara. Bisa jadi, ini semacam turunan…(kutukan? Hehehehe, lebay).
Di majalah untuk ortu muda, aku juga banyak membaca tentang mengatasi anak yang agak kesulitan dengan bicara. Maka, dengan berbekal semangat mama dan majalah, aku mulai mencoba cara itu. Berhasil kok. Malah kata2 yang keluar dari mulut Vina, bukan sekedar mengulang omongan orang (sampai kata2 kasar pun ditiru), tapi berbicara sesuai keperluan…
Bangga aku…walaupun, saat ini jadinya kata2 yang keluar kebanyakn ya, dan banyak hal dibahas sampai detailnya…kalo kupingku dikorek dengan peralatan masa depan, mungkin bisa muat di flash disc dengan kapasitas 32GB. Itu Cuma omongan Vina, belom termasuk Meca…
Jadi, saat membesarkan Meca, aku sudah kebal dengan berbagai perbandingan macam itu. Ga peduli Meca terlambat berbicara, ga peduli meca lebih sering diam…aku tetap membimbing dia. Kali ini dengan bantuan mama (tetep), nik uti, mama ut(biangnya), suami (waktunya sudah banyak untuk keluarga)…
Dan meca-ku baik2 saja. Vina sendiri, walaupun cadel (gimana mamanya lah…) saat ini sering didaulat jadi semacam pembicara untuk berbagai kegiatan sekolahnya.
Hanya saja, aku memang bisa bersikap berlebihan kalau urusan sekolah. Belajar, is a must…
Dalam satu hari, Vina harus sempat belajar paling tidak 1,5 jam. Entah untuk PR ataupun mengulang pelajaran. Jangan dipaksa, tapi diarahkan. Untuk yang baru belajar nulis? Macam Meca…aku ga maksa. Umuran TK kecil dia. Itupun sekolahnya dalam seminggu banyakan bolosnya. Dia lebih nyaman belajar bersamaku dibanding gurunya.
Wah, jangan pikir kami (aku dan suamiku, tentu…) adalah satu tim hebat dalam mendidik anak2. Waaaaa….jauh dari sempurna.
Terutama mengajari Meca…butuh perjuangan dan itikad yang sangat kuat (itikad = kemampuan menahan diri untuk tidak mengigit dia). Masih ingat kasus ‘ibu jari-telunjuk-jaritengah-jari manis-telunjuk…!!!’ ? atau ‘satu dua tiga empat lima delapan duabelas’ ? (dengan alasan angka enam itu sebenarnya tidak pernah ada???)
Benar2 diperlukan hati seluas samudera.
Vina? Oke dia termasuk diatas rata2. Tapi…bukan hal mudah mempertahankan konsentrasi dia pada pelajaran. Contohnya, saat belajar IPS, tiba2 dia bertanya tentang…”ma, kalo hp bisa internet, berarti bisa buka google kan?” padahal bo….aku sedang menjelaskan tentang KTP dan akte kelahiran…
Emosi dah…
Intinya sih…jangan terlampau yakin dengan perbandingan. Mau anak tetangga dah bisa boker sendiri, dah bisa nyebutin angka ampe 100, atau apapun…selama anak kita masih bisa mengikuti pelajaran, masih bisa diajar berbagai hal baru, biarlah apa yang terjadi pada anak tetangga, atau anak di TV.
Tak usah pula terpengaruh pada berbagai vitamin atau susu superior. Percaya tidak, kemarin aku baru baca di Koran, bahwa terlalu banyak vitamin tertentu justru tidak begitu baik untuk anak. Pada vitamin tertentu, justru bisa berpengaruh pada kondisi labung atau ginjal anak. Jangan deh bergantung pada suplemen tambahan. Asupan makanan alamiah selalu yang terbaik (itupun, kadang sudah terkontaminasi berbagai bahan kimia,kan?)
Sudahlah, tak usah berlebihan. Apa adanya saja…
Untuk anak, jangan coba2 lah…..
Sip, parents???

Selasa, 11 Januari 2011

pembelajaran moral untuk anak...

melalui dongeng, katanya kita bisa membentuk kepribadian anak lebih baik lagi. Yah, ada benarnya, kali ya...
Daripada kita sibuk bekoar tentang mana yang baik dan benar...(mana belum tentu bisa nyontoin yang baik pula...)
mending lewat buku cerita...
Sejauh ini, aku bisa ngebuktiin kebenaran anjuran ini. Misal, Meca belajar bilang tolong dan terimakasih (dulu, melalui contoh, dia bisa ngikutin, tapi...beberapa bulan terakhir -10 bulan dah masuk itungan tahun,belom ya?- lenyap deh kata-kata itu)dari buku2 cerita Barney&friends. bukan buku bilingual. Buku yang sudah dialihbahasakan.
Mahal? relatif...buku barney ini, 15rb(disc.25%). trus, buku2 dongeng daerah, yang harganya antara 4rb-6rb...
Tapi, lumayan repot, sewaktu mata udah berat...ni anak2 dateng bawain buku...minta dibacain...kalo ditolak, ga tega...
Bukan, bukannya ga tega ngeliat anak2 ini...tapi, kalo ditolak...mereka akan minta dibacain ma bapaknya, dan sudah pasti, si papaakan membaca dengan datar tanpa intonasi, jadi, si papa baca buku bermoral...anak2 saling tinju....
banyak kemajuan sih, lewat cerita2 yang aku bacakan.
Ucapan terima kasih, tolong, mama sayang, ga boleh bohong, salam, cium tangan, dll mulai bertebaran...
Eiittsss...jangan kagum dulu...ini bukan keluarga iklan...ini keluarga nyata. Ada yang manis...lebih banyak kerusuhannya...(namanya juga proses pembelajaran,kan?)
Nah, beberapa waktu lalu, aku membacakan cerita MalinKundang.
bukan pertama kalinya, memang. Tapi tumben aja anak2 menyimak dengan baik(setelah sekitar 5 kali dibacakan...see,memang tidak mudah)...
Selesai dibacakan...mereka banyak nanya tentang MalinKundang yang jadi batu...
Meca: "Kenapa dia jadi batu.ma?" (cara baca aku kurang jelas, mungkin ya?)
Vina: "ini jaman dulu ma? sekarang batunya bukannya udah abis dikikis air laut?" (cape deeehhh....)
Yah, kadang, pertanyaan anak2 bisa nyambung, bisa juga tidak...
Efek 'moral baik' biasanya terjadi besoknya, atau beberapa hari seudahnya.
Misal, kalau mau minta susu, kami semua akan ingatkan Meca "Kalau minta apa gitu...Barney bilang apa?"
Kalau lupa rapikan kamar, Kami ingatkan Vina "Nin, Jilly kan selalu ngerapiin barang2nya..."
yah, sesuatu seperti itu deh....
Satu komentar sebelum tidur dari Vina yang bikin aku sumringah...(seudah baca MalinKundang)..."wah, kalau dosa ama ibu,bisa dikutuk jadi batu loh..."
keren ya mama????
Besoknya, dengan harapan mereka bakal lebih manis sama mama, aku berusaha membantu mereka mengingat kisah MK itu (oke, ini bukan contoh yang baik...ini contoh superioritas...)
kata2 macam "eh, ga bole lo ngelawan mama", ato "ih, kok mama dimarahin?" dengan lanjutan "tar dosa lo, kayak malin kundang"....beredar selama seharian...
Sorenya, anak2 (Vina tepatnya) nanya..."ma,kalo malin kundang disihir ama ibunya, karna dosa kan ya?"
jelas, aku iyakan...dengan penuh kebanggaan "kelompok-Mama".
Reaksinya? kedua anakku bergandengan tangan,masuk ke dalam sambil bisik2 dan tertawa bahagia....(perasaan jadi ga enak...) apalagi aku liat, si Ketut, asisten suami, cekikikan...
Aku : "knapa tut???"
Ketut: "hihihihi...tadi kata Vina sama mesa....untung ya mama kita bukan mamanya malin kundang...jadi biar nakal, kita ga bisa diubah jadi batu..."
*gubbraakkk*
haddeeehhh....belum nyampe ni pesan moralnya...
Yah, namanya juga usaha...ya?

Senin, 03 Januari 2011

Tentang Bintang

Aku suka bintang...
Selalu suka bintang. Sejak dulu, sekarang, dan mungkin sampai nanti.
Kenapa mungkin? Manusia bisa berubah...siapa yang tau? -ga mau sesumbar-
Kalau orang make a wish saat bintang jatuh. Aku memilih make a wish saat bintang terlihat paling terang. Tunjuk Satu Bintang. then make your wish...
Aku ingin menjadi bintang yang bersinar...kalau bisa untuk semua orang...
tapi, yang paling penting, untuk keluargaku.
Aku suka bintang...
Selalu suka bintang...
Tapi aku tidak suka bintang laut. Ga tau kenapa...mungkin karena tidak bersinar?
Mungkin, karna aku tidak suka gelap....
Aku suka bintang, dan itu membuat aku selalu suka pada sebait lirik lagu grup "air"
Bintang di langit, kerlip engkau disana
memberi cahayanya di setiap insan...
Malam yang dingin, kuharap engkau datang
memberi kerinduan di sela mimpi-mimpinya...

ada yang aneh dengan lagu ini, memang...'kenapa saat malam dingin justru engharap bintang datang?'
-bintang menerangi, bukan menghangatkan...-
apapun itu...aku suka lagu ini...bait ini maksudnya...
lagu yang selalu aku gunakan untuk meninabobokan anak2ku...
-selain Ruli Abangku-
Aku suka bintang...
selalu suka bintang....
Apa kalian juga suka bintang????

Sick,Sick, Go Away....

Melewati hari minggu di rumah sakit....
Rencana hari minggu tanggal 2 kemarin adalah maturan ke Pura Uluwatu. Kabar tak enak datang dari uwak di denpasar...
Sekitar pk.03.30 subuh, beliau masuk rumah sakit karena muntah darah.
Sakitnya sudah lama, karena umur juga ya...tapi aku belum sempat kesana menjenguk. -Bentuk pembelaan diri, kenapa belum sempat? rasanya bukan karena sempat atau tidak- .
Secara spontan, kurubah rencana. Aku memilih bersama papa ke Denpasar, menjenguk sekaligus menemani uwak hari ini. Beberapa orang mengatakan, "apa bedanya? toh sehabis maturan akan mampir ke Rumah Sakit, jadi kenapa harus dari pagi ke sana? Kan sudah mengucap kata akan maturan?"
Jadi bimbang...
Suami bilang..."hati mama sudah ada di rumah sakit, bukan lagi ke tempat maturan...ikutin saja, menemani uwak, juga bentuk bakti kepada Tuhan, kan?"
'asisten' di rumah bilang "mama ina, ke sana aja, syukur kalau memang tidak ada apa-apa...tapi kalaupun ada apa-apa, kan tidak enyesal..."
aku langsung memilih ke Denpasar bersama papaku. Mesa bersamaku, suami dan Vina menemani rombongan sembahyang (janji sudah diucap kan?)
-benar2 tidak berniat ingkar, tapi aku hanya tidak ingin ada sesal, aku berhutang budi pada uwak yang setia menemani aku di hari-hari pertama aku menginjakkan kaki di Denpasar, dan mengurus pendaftaranku di SMU dulu,saat ortu masih mengurus kepindahan di Jayapura sana, lagipula, beliau uwak-ku, kan?-
Sehari di Rumah Sakit, melihat kondisi uwak, menemani beliau, mendengarkan setiap keluhan, memeluknya, menggenggam tangannya...membuat aku yakin...ini bukan pilihan yang salah. Kebetulan, Mesa yang biasanya rewel, sama sekali tidak rewel, malah dia suka ikutan membantu kalau uwak mau duduk, mau makan,dll.
Melewati waktu bersama papa, saling berbagi cerita, curhat, tertawa, saling menghibur...adalah bonus yang aku dapat hari ini.
Saat suami datang bersama rombongan, aku benar2 lega, lega karena aku tidak mengambil keputusan yang menyesalkanku...aku tidak hanya datang sebagai 'pengunjung tamu', tapi aku datang sebagai bagian dari keluarganya...
Di sela tidurnya, kami mendengar dia bicara "iya, koming datang...koming datang..." kemudian beliau senyum...dalam tidur...aku benar2 lega.
-oming ingin ada disana, tapi ada anak2 yang tidak bisa oming tinggal, tapi oming benar2 berharap uwak cepat sembuh-
walau, kami juga belum tahu, sebenarnya apa sakit uwak(menunggu hasil lab)
di perjalanan, suami baru memberi tahu, Aby, keponakanku, anak dari adik suamiku (yang sangat dekat dengan kami, yang memanggilku mama, yang merasa lebih punya hak atas diriku, dibanding mesha...)ada di Rumah Sakit Bangli, karena sesak...
aku benar2 lemes...
Menurut iparku, Aby sudah lebih baik, saat aku telepon, dia sudah tidur.
Ah, hati dan pikiranku benar2 belum sepenuhnya di rumah...
Please...Sick, sick, go away...