Senin, 22 Oktober 2012

Dengan menyebut nama-Mu

Saya seringkali merasa bahwa saya adalah orang yang sangat pemalas. Saya juga sadar (sangat sadar) bahwa dalam pikiran saya masih terlalu banyak hal negatif yang membuat saya mumet sendiri. Sikap egois, pesimis...wah kalau saya rinci, mungkin saya akan membenci sisi jujur dalam diri saya ;) Entahlah, seperti ada yang tidak beres dalam hati dan pikiran saya. Sampai pada suatu waktu, saya diberi kesempatan untuk sering pulang ke rumah bajang dan membantu mama merawat seorang uwak yang sedang sakit. Beliau janda, tidak mempunyai anak kandung. Hanya, beliau sangat menyayangi anak-anak dan suka bercerita. Saya punya banyak kenangan manis tentang beliau. Dari hari ke hari, beliau makin tidak bisa bangun dan melakukan aktivitas sendiri. Mama dan saya yang setiap hari membersihkan badan dan mengganti dengan diapers dewasa. Sebenarnya, mama-lah yang punya andil besar. Saya hanya membantu me-lap dan menggantikan pakaian. Mama yang membersihkan kotoran dll. Tidak akan saya rinci tentang kesedihan yang terjadi pada masa hampir 5 bulan itu. Hingga beliau meninggal. Saat beliau meninggal, saya seperti bingung, sedihkah, atau lega karena tidak perlu melakukan ritual pembersihan? Tidak, saya tidak sedih, tidak pula lega. Kosong. Malam sebelum upacara pembersihan dan kremasi uwak, saya ngobrol banyak dengan kakak ipar saya. Kami membicarakan tentang uwak yang sangat menderita selama sakitnya, yang tidak pernah dijenguk oleh anak angkat-nya, dan anak asuhnya. Tentang uwak yang sepertinya begitu nelangsa dan selalu menangis jika kami membelikan baju/sweater baru di hari raya. Entah bagaimana obrolan kami sampai pada obrolan tentang rejeki, investasi dan komunikasi dengan YME. Kak Ut memberitahukan saya, bahwa komunikasi (meditasi kecil) di pagi hari, sangatlah penting sebelum kita memulai hari. Dia selalu melakukan ritual kecil itu dan merasakan ada banyak perubahan dalam hidupnya. Dia mengatakan betapa dia menyayangi semua keluarga, termasuk saya, dan tidak pernah lelah menyebutkan satu per satu nama kami dalam doanya. Dia juga bercerita tentang rejeki, dan cara bersedekah. Kami beragama Hindu, tapi, kenapa tidak melihat dan menerapkan cara umat kristiani berdoa, dan ketekunan umat islam menunaikan ibadah 5 waktu? Juga belajar menyisihkan beberapa persen penghasilan untuk bersedekah. malam itu, saya tidak bs tidur. Tuhan, seberapa jauh jarak yang sudah saya buat? Saat SMP-SMA saya begitu rajin berdoa di tengah malam, untuk sekedar mendekatkan diri dan menennangkan hati Saya sampai menangis mengingatnya. Esok harinya, di hari pemandian uwak, seluruh keluarga besar terlihat tenang. Saat uwak dikenakan kain pekebah, dan "anak2" uwak berlomba memakaikan kain pekebah mereka, hati saya seperti tertusuk...mengingat di saat uwak sakit, beliau memerlukan banyak kain, mama membersihkan kotoran, papa dan saya bergantian mencuci kain beliau. Bukan mengingat kelelahan kami, tapi mengingat tetes air mata uwak dan mama. Tiba-tiba, suami saya berbisik 'ma, sadar ga, kamu ampe lupa buat pekebah? tapi ma, jauh lebih berharga kita memperhatikan saat beliau masih ada, ketimbang berlomba memberi pekebah" Tuhan...saya tidak bisa menahan air mata. Saya satu2nya orang yang menangis. Saya seperti melihat dan merasakan tangisan uwak. Sepanjang pemandian sampai sorenya, saya tak bisa menahan tangis. Hingga malamnya, suami mengajak saya untuk sekali lagi menginap di rumah mama. Malam itu saya ngobrol dengan mama, di tempat uwak dibaringkan sebelum kremasi. Kami menangis terakhir kalinya, dan yakin, uwak akan jauh lebih tenang di sana. Setelah prosesi itu lewat, saya belajar mendekatkan diri dengan-Nya lagi. Saya selalu percaya kekuatan doa. Saya berdoa untuk keluarga, bahkan saat teman saya ada yang bermasalah, sayaa pasti menyebut namanya dalam doa saya. Saat orang di sekitar kita berbahagia, pasti kita juga akan berbahagia. Saya belajar untuk lebih menyayangi orang-orang sekitar, belajar legowo dan lainnya Banyak perubahan ke arah positif, wlaupun tidak drastis... Saya merasa lebih tenang dan lebih peka.... Dan banyak kebaikan hidup yang saya rasakan... Banyaka yang ingin saya ceritakan...tapi, saya harus masuk kelas :D Astungkara akan lebih baik, itu intinya...:D

Jumat, 24 Agustus 2012

Tentang team work...

Kadang, menyebalkan rasanya saat kita berbicara,tapi seperti tidak diperdulikan. Punya pendapat, tapi kurang dihargai. Berada dalam satu tim, tapi tidak tahu informasi apapun, atau berita terbaru. Menyebalkan kalau info-nya justru kita dapat dari orang lain. Seharusnya, jangan berprasangka atau praduga apapun kepada sesama tim. Seharusnya ajak duduk bersama dan berbicara saat anggota tim lain punya informasi, membuat kesalahan, bertanya atau mendapat masalah. Bukankah lebih baik kalau dibicarakan, daripada berpura-pura manis dan berkata "oh iya tidak apa-apa" tapi mengeluh dibelakang. Bukan tidak mungkin si anggota bermasalah itu sedang bingung juga. Buat apa berbicara dengan orang lain, sekalipun dia sahabatmu, jika tidak diselesaikan dulu urusan dalam team work. Hanya akan menimbulkan rasa tidak enak dan kemarahan. Pernah tidak, kita memikirkan perasaan orang lain? Karena, bukan hanya kita yang punya perasaan di dunia ini.Maka dari itu, ada kata "terbukalah, berbicaralah" Capek kadang-kadang menghadapi ketidakpastian. Yah, yang namanya manusia, pasti akan merasa tidak nyaman dengan segala bentuk ketidakpastian. Apa sih yang kadang membuat seseorang merasa tidak mau berinteraksi dengan oranglain, padahal: kita tidak pernah ada masalah, kita tidak pernah menjadi teman dekat yg kemudian bermasalah, dll. OHHH!! Jadi secara tidak sengaja orang tersebut pernah membuatmu merasa tidak nyaman??? Pertanyaannya...Pernah tidak, kamu berbicara dengan orang tersebut tentang masalah itu? Tidak?? Well, it's your problem... Sekali lagi, jika tentang team work, itu artinya bukan tentang dirimu saja. Jadi, mulailah dengan, menyadari bahwa kita bagian daripada tim, yang terdiri dari banyak orang. Apalagi saat menjadi pimpinan. Wah, bukan tugas mudah. Terutama, jika kita tidak bisa berkomunikasi dengan orang lain. Menjadi pemimpin bukan hanya tentang kepandaian dan pengalaman. Tapi juga tentang kemampuan berkomunikasi dan membagi/mendelegasikan tugas dengan benar... Koreksi bila tulisan saya salah...;)

Miss Galau :/

Beberapa minggu terakhir ini, saya seperti sedang berada pada posisi yang kurang menyenangkan. Kenapa ya? Wah...itulah masalahnya, saya seperti sedang tidak punya kontrol atas diri saya sendiri. Seperti ingin marah, tapi entah apa alasannya. Mau sedih, ngapain juga ya, kebayang ajah kalo nangis gerong-gerong (istilah bali untuk nangis bombay :p) apa nggak mangap semua ni penduduk sekolah... Rasanya, saya mungkin seharusnya melakukan restart atau mungkin refreshing ya? Kalau dipikir dan ditelaah lebih lanjut (duh, bahasanya bikin makin galau), kemungkinan saya kurang bisa me-manage waktu dengan baik. Dan pastinya saya belum bisa menata administrasi keluarga dan pekerjaan. Saya, ternyata masih harus banyak belajar, ya? Banyak sekali... Beberapa kejadian tak terduga, membuat saya seperti dihantam, atau yah, diingatkan lah, bahwa ada banyak kesalahan yg tidak sengaja telah saya buat. Atau, menunjukkan banyak kekurangan saya dalam menjalani hidup :( Yah, bagaimanapun, saya tetap berusaha bersyukur, bahwa dari sekian banyak kekurangan saya, dan kesalahan yang telah saya perbuat, saya diberi kesempatan untuk mengetahui secra langsung apa kesalahan dan kekurangan saya. Paling tidak, saya sadar, bahwa yang terpenting, saya masih mencintai diri saya sendiri. Sangat. Bukan ini bukan bentuk narsisme atau lebayisme (emang ada?), artinya, ketika kita mencintai diri kita dengan benar, maka, kita akan sangat takut menyakitinya, kan? Saya tidak mau menyakiti orang lain, karena saya tidak mau suatu saat saya disakiti, dan kalaupun tersakiti, selalu akan ada pertolongan untuk diri saya. Saya menghindari hal-hal buruk, karena saya tidak ingin mencemari diri saya. Tapi saya juga tidak mau sok baik dan menajdi munafik, karena saya tidak mau kehilangan orang-orang yang secara tulus menyayangi saya. Tetap saja, saya masih belum tau ya, apa masalah sebenarnya dalam diri saya. Mungkin saya harus makin mendekatkan diri dengan-Nya. Harus lebih sering 'berduaan' untuk bisa membuka hati saya, dan mencari tau, apa sih masalahnya... Well, let's try it first... Semoga beruntung, supermom...:)

Rabu, 21 Maret 2012

Pelajaran ttg Mempercayai

Sejak pertengahan maret ini, saya mengikuti diklat prajabatan di Kayuambua-Bangli, sebelum kegiatan ini dimulai, sungguh, saya benar-benar galau....
Mengingat, di rumah uma, saya dan suami benar-benar berdua bekerja sama mengurus rumah tangga. Bagaimana makannya? Bagaimana Mesha (yg kalau tidur masih selalu sama mama, dan begitu juga berangkat sekola), Bagaimana membagi pekerjaan rumah? Bagaimana Vina? Dll
Belum pekerjaan dǃ sekolah
Mengingat itu semua, kaki rasanya berat, ditambah lagi, saya adalah gelombang pertama, artinya, di lingkungan saya, informasi sangatlah minim. Buta informasi, pikiran yg terbebani, membuat maag sempat kacau mulai H-4.
Langkah awal, dengan pengetahuan hypnotherapy yg sangat memprihatinkan, sy menjelaskan pada mesha kalau sy akan masuk diklat karena tugas, itu artinya, no mommy at night. Sampai mengajarkan dia memberi tanda silang pd kalender, utk mengetahui, kapan mommy pulang. Setiap hari, sy jelaskan padanya berulang-ulang.
Kemudian, urusan makan, sy serahkan kpd mama tercinta, dgn memberi uang belanja ala kadarnya.
Mencuci piring, dan kebersihan dapur, sy meminta tlg kepada ibu yg membantu mertua mengurus ternaknya.
Urusan banten, sy serahkan pada I̶̲̥̅̊ ñã .
Semudah itukah? Tentu saja tidak.
Ada saja kendalanya. Tambah lagi, hati dan pikiran sy lumayan galau.
Tahap akhir....sy berdoa pada-Nya.
Sy telah berusaha maksimal sebagai manusia normal. Perjalanannya, hanya bisa sy minta pada-Nya, untuk melancarkan.
Dlm setiap doa, ðï Padmasana, ataupun đį meja makan, bahkan đį tempat tidur, sy menyebutkan, satu persatu nama org terdekat, agar semuanya dilancarkan, dimudahkan, dan selalu berada dlm penjagaannya. Sy belajar mengikhlaskan, dan mempercayai mereka semua. Juga mempercayai-Nya.
A̶̲̥̅̊S̶̲̥̅̊T̶̲̥̅̊U̶̲̥̅̊N̶̲̥̅̊G̶̲̥̅̊K̶̲̥̅̊​A̶̲̥̅̊R̶̲̥̅̊​A̶̲̥̅̊ , semua baik-baik saja. Tidak mulus dan lancar, tentu saja. Tapi tidak juga kacau balau dan membuat frustasi.
Suasana diklat menyenangkan dan normal saja, (bukan berarti saya tidak merindukan rumah), suasana rumah juga berjalan baik, walaupun tidak senormal bila sy dan suami bekerja sama.
Yg paling banyak mengalami kemajuan adalah Mεćα. Sangat mengejutkan, dia menjadi lebih mandiri dan penurut. Tidak menyilangi kalender, tapi menjadi mengingat tanggal ☺.
Kami mengandalkan ☎ dan 
Diklat berakhir tanggal 9 April nanti.
Sy memprovokasi teman-teman, untuk mengganti kalimat "duh masih 2 minggu" menjadi "w☀w, cuma 2 minggu lagi" sangat sepele kan? Tapi, membuat kami lebih bersemangat dan kuat.
Sy juga tìđaƙ berhenti mendoakan diri sy, keluarga dan teman2, itu membantu saya U̶̲̥̅̊τ̩̩̥k percaya pd keluarga, dan kepada-Nya.
☀šŢűήПǴΚάԄа※
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 21 Januari 2012

Bersyukurlah

Semestinya bersyukur pada rasa capek karena itu menghindarkanmu dari bosan
mestinya bersyukur pada kesulitan karena itu membuatmu terus belajar, mestinya bersyukur pada hari kerja karena itu membuatmu menikmati hari libur...
Intinya, bersyukurlah atas apapun yang terjadi dalam setiap langkah kehidupan kita...
(Berbicara pada diri sendiri, pastinya)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 07 Januari 2012

Ini Sangat Melelahkan

Ketika seorang muridku mengeluh tentang kegiatan prakerinnya, aku tentu memberi semangat,sebagai ibu wali, tentu. Walaupun, dari semua siswaku, baru kelompok ♈ǝлƍ ini mengeluhkan ttg kegiatannya.
Kelompok Ɣªήg lain dengan kadar kesibukan ♈ǝлƍ sama, belum ada keluhan. Maksudku, keluhan dalam makna negatif. Mereka tidak mengatakan lelah secara tersurat. Inti dari cerita anak2 kelompok lainnya, ini memang melelahkan, tapi kami sangat menikmati. Baru dari kelompok ♈ǝлƍ satu ini aku mendengar kata2 lelah diucapkan secara terang2an dan beragam keluhan lain.
Ketika aku mengatakan ini ujian, ada satu kalimat yg dari anak2 tsb ♈ǝлƍ membuatku berpikir, mereka tidak merasa bahwa aku paham betapa melelahkan ini semua.
Well, ya... Yg mereka tau,mungkin aku, terlihat bersih, rapi, dan tidak terlihat susah.
Tapi ketika aku mengatakan aku mengerti betapa lelahnya mereka di lapangan dengan berbnagai pekerjaan di bidang kelistrikan... Aku bersungguh2 mengatakannya. Mungkin benar aku tidak mengalami langsung. Hanya, aku mengerti dengan sangat jelas apa Ɣªήg mereka rasakan. Anak2 mungkin tidak tau, ayahku adalah orang listrik. Beliau pensiun pada posisi ♈ǝлƍ sudah sebagai orang belakang meja. Tapi puluhan tahun, beliau bekerja sebagai tenaga lapangan. Pada masa2 awal beliau bekerja, hanya aku tahu dari cerita papa, atau mama. Tapi ada waktu tertentu dimana aku menjadi saksi betapa melelahkan pekerjaan papa !†ù. Aku dan kakak perempuanku, sering ikut menunggu papa pulang dari memperbaiki gardu listrik, bersama mama. Saat kondisi cuaca sangat buruk, aku sering melihat mama sembahyang. Maka aku pun akan ikut sembahyang. Saat !†ù, sungguh aku tidak tau maknanya, tapi saat sudah mulai besar, aku menyadari betapa mama benar2 cemas. Tidak jarang papa keluar saat tengah malam, atau pada siang hari, saat papa seharusnya makan, beliau masih nangkring di atas tiang listrik. Saat papa sudah pada posisi kepala cabang, di Merauke dulu, papa tidak pernah hanya duduk diam di belakang meja saat anak buahnya berada pada kondisi darurat. Beliau pun akan trun ke lapangan. Dari obrolan para tenaga lapangan ini, aku tau betul bahwa !†ù semua sangat melelahkan. Aku juga pernah merasakan bahwa pekerjaan ini berisisko tinggi. Seorang anak buah papa, Ɣªήg kebetulan sangat dekat dengan kami, anak2nya, secara tragis meninggal di lapangan saat memperbaiki jaringan listrik. Om Tripang, begitu kami memanggilnya. Beliau tertimpa travo,dan meninggal di lokasi.
Lama sekali peristiwa ini membekas di kepalaku. Kadang aku selalu berfikir, !†ù bisa saja terjadi pada papa kan? Mereka berada di lokasi Ɣªήg sama. Sejak saat !†ù, (aku baru kelas 5 SD) aku menaruh penghargaan sangat tinggi pd tenaga lapangan. Aku tidak mau ikut mencaci petugas listrik saat lampu bermasalah. Bukan karena papa-ku pegawai PLN, tapi lebih karena petugas lapangan Ɣªήg berisiko tinggi !†ù.
Jadi, saat ini, ketika aku menjadi wali bagi anak2 listrik ini, aku merasa sangat sayang pd mereka. Mungkin, karena kesamaan kondisi, ya?
Aku merasa seperti berada di antara orang2 yg dulu pernah dekat dengan keluarga kami. Jadi, saat aku mengatakan bahwa aku mengerti dengan kelelahan mereka, aku bersungguh-sungguh.
Bukan sekedar basa-basi.
Akupun pernah merasakan sulitnya di dunia kerja. Jadi saat anak-anak dari kelas lain mengatakan lelah, aku benar2 tulus memberi dukungan (bukan hanya aku, guru lain pun secara tulus mendukung anak2 ini).
Kami sangat mengerti, bahwa ini masa yang berat. Tapi, sungguh, kalau mereka bisa meewati ini dengan semangat, aku yakin, ini akan menjadi kontribusi Ɣªήg baik dalam pembentukan karakter mereka.
Jadi anak2, saat kami para Guru, baik pada posisi wali, pembimbing, atau pendengar yg baik, menyatakan bahwa kalian harus tetap semangat, kalian tidak boleh putus asa, percayalah, kami bersungguh-sungguh. Kami pernah merasakan apa yg kalian rasakan. Dengan posisi Ɣªήg lebih sulit. Yaitu benar2 sebagai tenaga kerja. Yg tidak bisa begitu saja meninggalkan tempat bekerja, dengan alasan Nafkah.
Aku, benar2 berharap, mereka bisa melewati ini semua, dan kembali dengan bekal Ɣªήg positif.
Anak2ku, tetap semangat, Ɣªªªãå
☺ Ơ̴̴͡.̮Ơ̴̴̴͡
Powered by Telkomsel BlackBerry®