Jumat, 29 Mei 2015

No Revenge... Even it Hurts...

Hm....benarkah ada rasa seperti itu? Tak ada pembalasan dendam walau menyakitkan...
Sebelum dibahas...taukah, dan percayakah kita dengan karma?
Bagi saya, karma itu semacam hukum alam..."Apa yang kau tabur, itulah yang kau tuai" nah, that's karma.
Karma seperti juga Reinkarnasi... Ada yang percaya ada yang sangsi.
Bagi saya lagi...karma lebih nyata...walau sebenarnya, reinkarnasi dan karma, itu sejalan. Kenapa? Manusia ber-reinkarnasi untuk menjalani karma.
Tapi, saat ini, saya rasa karma tak menunggu seseorang bereinkarnasi...dia bisa datang kapan saja, di kehidupan sekarang.
Untuk karma dari hal buruk, terkadang datang dengan cara yang lebih menyakitkan...
Dia datang dan menyapa kita melalui orang yang paling kita sayang...itu dobel menyakitkan... Berhati-hatilah kawan...
Tidak percaya?
Sebagai contoh...katakanlah kita ambil sample para pesohor negeri ini. Apa sih hal yang paling menggelitik dan menggemaskan masyarakat kita? Perselingkuhan! Saya pasti betul, kan?
Lihat saja perselingkuhan yang menyebabkan guncangnya RT para pesohor kita. Setiap kali beritanya muncul di tv, duh, gemasnya minta ampun...
Rasanya seperti ingin mengelus2 si wanita ketiga itu...paling tidak dengan garpu tentunya...
Tapi apa daya, para PFBN (public figure yg berselingkuh dan menikah) itu justru tetap jumawa berseliweran di media kita. Diperlakukan bak tak ada dosa.
Kita, si penonton, makin gemas dan sibuk mengumpat...
Kawan...saya justru sering kasihan kepada mereka ini...mengapa? (terus terang suami saya pun sering heran pada pola pikir saya).
Tidak adakah yang menyadari...karma sudah dipastikan menempel pada mereka, dan akan terjadi, dengan cara yang lebih menyakitkan. Sebut saja bbrp pesohor yang PFBN itu...dan anak hasil PFBN tsb. (Terutama JIKA si wanita yang jadi korban dan tersingkir adalah wanita baik dan tak pantas diperlakukan demikian).
They're Girls!! Most of them...
Anak yang lucu, cantik, membanggakan, dan pengikat bagi mereka si PFBN.
Katakan saya jahat karena mengatakan ini... Tapi seperti yang saya katakan di atas. Karma adalah hukum alam. Silahkan tebak apa yang akan terjadi nanti... Atau, silahkan saksikan nanti :) Sialnya, posisi, uang, dan apapun yang didapat dari PFBN...tak kan bisa menahan hukum alam...
Oke sudah...terlalu mencekam untuk dibahas...
:D
Jadi begini...saya tipe orang yang percaya karma. Walaupun tingkah laku saya juga tidak baik-baik amat ya. Justru itu, makanya saya percaya, ​ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ"̮ ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ"̮
Lah...dari beberapa kali menjahili orang, hal serupa menimpa saya juga, gimana bisa tidak percaya?
Karena itu, jika hal serius dan menyakitkan terjadi, saya cenderung diam...
Karena saya baik hati dan berbudi pekerti luhur?
Naaaah, 'coz I'm too lazy to take revenge... (Mengutip dari pic.di atas...)
Saya tidak baik-baik amat kan? Saya sedang menunggu hal yang sama (atau lebih) akan terjadi padanya...
I feel like I'm the real devil...
Lebih tepatnya, ya karena saya orang yang malas melakukan sesuatu yang memicu adrenalin terlalu kuat.
Biarkan alam bekerja.
Titik.
Lalu bagaimana jika hidup orang ybs tetap aman terkendali bahagia kaya dan bikin sirik?
Ya sudahlah...anggap saja itu berarti karma dia sangat baik, sehingga dia jadi seperti itu.
Laaaah...apa kabar sakit hati kita?
Kawan, jangan terlalu diambil hati, coba lihat ke belakang...mungkin saja itu terjadi karena apa yang pernah kita lakukan, secara sadar atau tidak. Sehingga karma sedang menyapa. Dan dia sebagai pembawa karma.
Ha!
Tulisan bikin bete? ​ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ"̮ ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ"̮
Itulah karma...
Hukum alam...tak ada yang bisa menolaknya :)
Jadi...jalani hidup, berkawanlah dan percayalah pada alam dan Sang Pencipta...
Ini bukan nasihat untuk orang lain, tapi lebih kepada diri sendiri.
Terlalu banyak hal yang membuat hati saya bergejolak penuh amarah dan rasa penasaran. Jadi saya benar-benar perlu memahami hukum alam, dan lebih mempercayai-Nya...
:)
By Mahitri W

Selasa, 26 Mei 2015

Filosofi Sepatu...

Pasangan terbaik itu semestinya bagaikan sepasang "SEPATU"...

1. Bentuknya tak persis sama, namun serasi
2. Saat berjalan tak pernah kompak, tapi tujuannya sama
3. Tak pernah ganti posisi, namun saling melengkapi
4. Selalu sederajat, tak ada yang lebih rendah ataupun yang lebih tinggi
5. Bila yang satu hilang, yang lain tak akan memiliki arti

"SEPATU": SEjalan samPAi TUa..
By Mahitri W Picture by : Facebook Clarks Shoes Indonesia

Sabtu, 23 Mei 2015

Melangkah Diatas Awan...

Ketika diri sedang berada diatas angin...
Ketika mampu melangkah diatas awan...
Ketika segala hal bukan lagi berada di tangan takdir, melainkan di genggaman kita...
Tak banyak yang mampu berpikir secara manusiawi...
Tak banyak yang mampu mengingat betapa indahnya berbagi
Tak banyak yang bisa mengingat, indahnya saat kaki berpijak di bumi
Hanya bisa melihat aku dan aku
Hanya bisa mengingat sakitnya saat di bumi
Hanya mau menikmati kenikmatan diatas awan
Waktunya menunjukkan bagaimana takdirmu kutentukan
Waktunya membalas rasa sakit
Waktunya memuaskan ke-akuanku
Adakah yang mampu bertahan membumi saat kaki melangkah diatas awan?
Saatnya bersyukur atas kasih-Nya...
Kasih dalam bentuk anugerah, pun dalam bentuk rasa sakit...
Si pembawa anugerah, dan si pembawa derita...adalah takdir yang harus ditemui oleh setiap makhluk-Nya
Saatnya menyadari indahnya berbagi, indahnya mengasihi, indahnya kebersamaan
Walau diikuti dengan pengorbanan
Saat kaki melangkah diatas awan, materi adalah kendalinya
Saat berbagi dan mengasihi, materi adalah bentuk nyata yang seringkali dikorbankan...
Mungkinkah itu yang membuat seseorang tak mampu mengendalikan gejolak nafsu saat diatas awan...
Tuhan tidak tidur...
Bahkan beliau memberikan cobaan dalam bentuk kenikmatan, bukan hanya derita...
Jadi, siapkah kita saat memperoleh kesempatan untuk melangkah diatas awan?

By Mahitri W

Jumat, 15 Mei 2015

Yang Terlihat vs Yang Tersirat

A lovely little girl was holding two apples with both hands.

Her mum came in and softly asked her little daughter with a smile:
"My sweetie, could you give your mum one of your two apples"?

The girl looked up at her mum for some seconds, then she suddenly took a quick bite on one apple, and then quickly on the other!

The mum felt the smile on her face freeze, she tried hard not to reveal her disappointment!
Then, the little girl handed one of her bitten apples to her mum,and said:

"Mummy, here you are, this is the sweeter one!!

No matter who you are, how experienced you are, and how knowledgeable you think you are, always delay judgement.

Give others the privilege to explain themselves.

What you see may not be the reality.
By Mahitri W

Rabu, 13 Mei 2015

Kamilah Generasi Bahagia Itu...

Generasi kelahiran 60-70an,
INILAH GENERASI BAHAGIA ITU

Kami adalah generasi terakhir yang masih bermain di halaman rumah, lapangan bola dan di jalan-jalan. Kami berlari dan bersembunyi penuh canda-tawa dan persahabatan. Main Galasin, Yoyo, Petak Umpet, Boy-boy an, Beteng, Lompat tali, Masak-masakan pakai seng, Ular naga, mengejar layangan, bermain putren, balapan ban bekas, nonton karnaval 17 agustusan. Duduk semeja bermain Monopoli, Halma, Biji Sawo, Karet Gelang dan Ular Tangga dengan ceria.

Kami generasi yang ngantri di wartel dari jam 5 pagi, berkirim surat dan mencairkan resi di kantor pos ketika lebaran. Tiap sore kami menunggu cerita radio Brama Kumbara, berkirim salam lewat penyiar radio. Kamilah generasi yang SD nya merasakan papan tulis berwarna hitam, masih pakai sabak dan doos gerip, masih pakai pensil dan rautan yang ada kaca di salah satunya. Kamilah generasi yg SMP dan SMA nya masih pakai papam tulis hitam dan kapur putih. Generasi yang meja sekolahnya penuh dengan coretan kejujuran kami melalui tulisan Tipe-X putih, generasi yang sering mencuri pandang teman sekolah yang kita naksir, kirim salam buat dia lewat temannya dan menyelipkan surat cinta di laci mejanya.

Kami adalah generasi yang merasakan awal mula teknologi gadget komunikasi seperti pager, Komputer Pentium jangkrik 486 dan betapa canggihnya Pentium 1 66Mhz. Kami generasi yang sangat bangga kalau memegang Disket kapasitas 1.44Mb dan paham sedikit perintah Dos dengan mengetik copy, del, md, dir/w/p. Kami adalah generasi yang memakai MIRC untuk chatting dan Searching memakai Yahoo. Generasi bahagia yang pertama mengenal Nintendo, Game Bot dengan menyewa pada bapak tua di pinggir lapangan dekat sekolah kami.

Generasi kamilah yang merekam lagu dari siaran radio ke pita kaset tape, yang menulis lirik dengan cara play-pause-rewind, generasi penikmat awal Walkman dan mengenal apa itu Laserdisc, VHS. Kamilah generasi layar tancap Misbar yang merupakan cikal bakal bioskop Twenty One.

Kami tumbuh diantara para legenda dunia Queen, Beatles, Rinto Harahap dan pelantun Isabella Amy Search. Tumbuh dengan ketrampilan bikin kemoceng, lampion kertas dan kincir angin bambu yang ditarik dengan tali. Kami generasi bersepatu Reebook, Warior dan rela nyeker berangkat sekolah tanpa sepatu kalau sedang hujan. Cupu tapi bukan Madesu.

Kami adalah generasi yang bebas, bebas bermotor tanpa helm, bebas dari sakit leher gegara kebanyakan melihat ponsel, bebas manjat tembok stadion, bebas manggil teman sekolah dengan nama bapaknya. Bebas bertanggung jawab.

Dan yang terpenting…..

Kami hafal Pancasila, Nyanyian Indonesia Raya, Teks proklamasi, Sumpah Pemuda, Nama-nama para Menteri dan Dasadharma Pramuka.

*Melly Kiong ~ Emkaland*
www.emkaland.blogspot.com
By Mahitri W

Senin, 04 Mei 2015

Bertahan dan Menyesuaikan

'Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung'
Pepatah ini sudah sering kita dengar sejak jaman SD dan sampai kapanpun, sering jadi ungkapan dalam banyak kesempatan.
Dimanapun kita berada, maka kita harus mengikuti aturan yang berlaku di tempat tersebut. Tentu saja, yang namanya aturan, akan diikuti dengan sanksi jika ada pelanggaran.
Saat kita (akan) memasuki suatu lingkungan baru, entah itu untuk sementara waktu, ataupun untuk jangka waktu panjang, sudah pasti kita harus tau betul aturan main di tempat tersebut. Tahu dan mengikuti, pastinya.
Memasuki suatu tempat yang baru, memang bukan hal mudah. Tidak mungkin juga penyesuaian akan terjadi hanya dalam beberapa waktu saja. Di awal, bagi beberapa orang, mungkin akan (terasa) mudah. Tapi, seiring berjalannya waktu, mungkin akan ditemui berbagai perbedaan atau ketidaknyamanan dalam berbagai hal. Atau ada juga yang sejak awal sudah sulit melakukan penyesuaian.
Pertanyaan tak terungkap seperti "kok begini sih?", "aduh, gimana ini?", "wah saya harus bagaimana?" Belum lagi jalur 'birokrasi' di setiap tempat, tidaklah sama. Bisa dipastikan akan membuat sedikit (atau banyak) frustrasi.
Apalagi, bagi yang sebelumnya sudah merasa berada pada Zona Nyaman. Nah, selamat memijit kepala :)
Haruskah terjebak pada zona ribet ini? Jangan dong... Yang namanya manusia, harus selalu siap dengan perubahan.
Caranya? Pertama, kita harus paham 'aturan main' di setiap tempat. Korek informasi ini dari berbagai pihak. Mencari tau dengan cara yang cerdas tentunya. Contohnya lewat acara ngobrol ngalor ngidul. Buatlah obrolan ringan tapi mengena dengan berbagai kelompok. Dari situ, kita bs mengambil kesimpulan atas aturan tak tertulis yang berlaku di tempat tsb.
Kedua, nguping cerdas. Nggak apa nguping obrolan orang, asalkan...dengan cerdas ya. Pura2 sibuk, fokus dengan kerjaan. Cari tau apa yang umumnya jadi 'masalah' bagi kebanyakan orang di sana. Jangan berkomentar atau nyeletuk. Itu tak cerdas, itu nyari masalah namanya. Apalagii...sok memberi info pada orang yang sedang jadi topik. Wah...selamat jadi anak tiri deh.
Berikutnya, berteman cerdas. Artinya, carilah teman sebanyak mungkin. Jangan langsung mengelompokkan diri pada satu kelompok. Bersikaplah netral. Jangan jadi ember. Jangan terlibat pada gosip. Jangan menjadi kompor. Please...kita sedang penyesuaian disini. Be smart!
Ikuti alur kerja orang sekitar kita. Jika cenderung kerja cepat, maka bergeraklah. Jika santai tapi cermat, berlatihlah, jika cenderung malas...hmmm, jangan diikuti, tapi jangan pula terlihat sok rajin. Be smart. Bekerjalah cermat tapi tak terlihat membentengi diri dari pergaulan.
Selanjutnya? Ya tergantung situasi juga ya. Banyak aturan main yang bs kita terapkan.
Yang terpenting...ingat pepatah di awal tulisan ini, dan jangan lupa...kita berada di suatu tempat, pasti ada alasannya. Yang membuat penempatan memang manusia. Tapi, semua bisa terjadi juga atas kehendak-Nya. Percayakan saja pada-Nya. Jalani dengan kesungguhan, dan keikhlasan.
Tips2 saya diatas juga bisa diterapkan...
Astungkara, kita bisa bertahan.
Jadilah seperti bunglon yang bisa menyesuaikan diri dimana saja, tapi jangan pula jadi bunglon yang bermakna tidak punya jati diri, terlalu mudah berubah.
Lalu? Ya, ambillah sisi positif dari bunglon :)
Selalu berfikir positif ya...maka itu akan sangat membantu ;)
By Mahitri W

Jumat, 01 Mei 2015

Berdamai dengan Naruto...

Dalam setiap ketidakbaikan, pasti ada manfaat positif di dalamnya...
Saya setuju dengan ungkapan (karya saya loh...) yang bijak (ngarep) tersebut...
Contohnya saja, sejak dulu saya memang tidak membebaskan anak2 saya nonton film karrtun yang ada unsur kekerasan. Salah satu contoh film-nya, ya Naruto itu.
Walaupun anak2 saya sering menontonnya, saya juga tidak lelah memberikan penjelasan tentang perbedaan antara film (apalagi kartun) dan dunia nyata.
Tetapi, sejak hampir sebulan terakhir ini, saya memberikan izin kepada kedua putri/putra saya untuk menonton serial 'tak jelas' ini.
Bentuk inkonsistensi? Hm...tidak juga..karena, saya menetapkan
SKB (syarat dan ketentuan berlaku).
Mengingat, durasi serial ini adalah 2 jam!! Mungkin durasi-nya ini yang perlu direvisi oleh stasiun tv yang bersangkutan...
Oke, kembali kepada SKB...
Jadi, mereka boleh menonton selama 2 jam, dengan catatan, sebelum itu, paling tidak mereka sudah sempat belajar selama 2 jam. Waktunya? Silahkan diatur. PR, persiapan buku, dan latihan soal harus selesai sebelum pk.18.00 wita.
Melatih mereka bertanggung jawab...
Bonus manfaat?
Nah, ini yang membuat saya memberikan izin (walaupun SKB). Semenjak rutin menonton serial ini, hal positif yang terlihat nyata adalah, Vina dan Mesa menjadi semakin akur. Kalau biasanya ada saja waktu untuk bertengkar...belakangan ini, pertengkaran itu makin langka.
Di waktu senggang, mereka akan tertawa bersama mengingat kelucuan pemeran serial ybs, saat menonton, mereka juga tertawa bersama dan saat iklan, banyak hal di luar serial tsb yang mereka bahas. Maklum, saat menonton, bawaan mereka bukan camilan. Kadang Atlas, kadang majalah anak2 yang baru terbit. Jadi saat iklan, mereka akan membahas apa yang mereka bawa itu.
Satu lagi, karena keduanya harus sudah membereskan keperluan sekolah dan kegiatan makan malam, saling membantu justru tercipta diantara mereka.
Misalnya, jika saya sedang sibuk dengan si bungsu, maka vina akan segera mempersiapkan makan malam untuk dirinya sendiri, ditambah mesha. Atau kalau si kakak terlihat sibuk, maka dengan spontan, mesha-lah yang akan membereskan tugas2 kakaknya yang bisa dia kerjakan. Termasuk, saat mendampingi mereka menonton, secara tidak langsung yang menjaga Sora menjadi 3 orang, hehehe. Sora dan mama hepi, kakak2 pun hepiii.
Nah, kan...jika dulu saya melarang habis2an mereka menonton, justru mereka sering bete dan saya terlihat sebagai 'jawara'-nya ngomel.
Saat ini, menonton dengan SKB, justru menghasilkan sesuatu yang positif :)
Saya bahagia dengan perubahan ini. Yah...dan sadar juga, bahwa tidak selalu, hal yang kita anggap tidak baik, adalah murni ketidakbaikan. Pasti ada manfaatnya (walaupun sedikit), tergantung cara kita memandang dan menyikapi-nya.
Tak lupa juga...mendampingi mereka saat menonton, adalah suatu keharusan ya moms...
Hanya saja, lampu merah tetap saya berlakukan untuk sinetron-sinetron yang berseliweran di tv swasta. Untungnya lagi...anak2 saya tidak tertarik juga dengan jenis tontonan yang satu ini #fiuuuh.
Sebagai bentuk sportifitas, dengan rendah hati, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada serial Naruto, karena berhasil menumbuhkan kekompakan dan toleransi antara Vina dan Mesha.
Tak lupa, sebagai seorang mama, saya hanya ingin menitipkan pesan:
"Naruto, Sasuke...sudahilah perselisihan kalian...kasihan anak2 yang menjadi penonton setia kalian disuguhi perkelahian kalian dalam waktu panjang..."
Berdamailah...
:p
By Mahitri W