Minggu, 08 Juni 2008

Seorang Sahabat yang Berdiri di Seberang

Seminggu ini sedang ada berita lama yang terbuka lagi. Tentang salah seorang sahabat kami. Menyakitkan mengungkit tentang dia. Bukan karena kami membenci dia. Justru karena kecintaan kami padanya, bikin ini jadi sesuatu yang menyakitkan.
Berita ini selalu menggemparkan keluarga besar Sunrise.
Seandainya si sahabat tau, kami tak pernah ingin menyudutkan dia, kami tak ingin jadi musuh, kami tak pernah membenci dia.
Dia tak harus menjauh, dia tak harus menutup diri.
Dia juga tak perlu pergi sejauh itu, dengan membawa beban di punggung, dan luka di hati.
Seandainya si sahabat sejak dulu memilih jalan yang seharusnya...
Jalan yang seharusnya menurut hukum, dan tentu saja, jalan yang seharusnya menurut hati nurani...yang aku yakini, inilah yang menyiksa dia. Atau dia juga punya andil dalam keruwetan ini? Tuhan, jangan bikin kami berpransangka buruk...
Jika dia tidak memilih jalan yang salah ini...
Kami semua akan berdiri tegak bersamanya. Bukan di belakangnya, tapi, kami akan berdiri bersama dia. Memegang tangannya, bahkan memberi tempat bersandar saat dia perlu.
Kami tak akan terpaksa berada di tempat yang bersebrangan dengannya.
Sahabat...
Agar kau tahu...betapa kami menyayangimu, bahkan saat ini, saat kau berada berseberangan dengan kami, kami tetap berdoa untukmu. Kami masih menangis untukmu.
Tetapi kami berada di sini bukan untuk membencimu. Kami di sini...karena hati nurani kami, yang meyakini kami untuk tetap ada disini.
Kami berada di seberangmu...juga karena bunga yang dulu kau rawat...lalu layu, dan tanpa kau perjuangkan. Bunga itu sudah mati, tapi, dia masih ada di tanah kami...di tempat kami akan selalu mengingatnya.
Semoga kau tahu sahabat.
Kasih, yang membuat kita dulu begitu dekat, selalu bersama...
Kasih juga yang membuat kita berada di tempat yang berseberangan...
Di hati kami, kau tetap mempunyai tempat yang istimewa.
Apapun yang telah terjadi...
Kita pernah tertawa, menangis bersama...
Sahabat kami, selamanya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar