Minggu, 03 Februari 2008

kata-katamu, bumerangmu

Hati-hati terhadap perkataanmu kepada anak-anak.
Nasihat yang bijak, dan patut diikuti. Jangan salah, anak-anak sekarang bukan lagi sekedar kertas kosong yang bisa kita isi semau kita. Saat ini, anak-anak yang kita ‘isi’ dengan hal yang –menurut kita adalah hal positif, tapi ternyata belum tentu- baik bisa jadi bumerang bagi kita sendiri.
Aku contohnya. Dalam berbagai hal, aku termasuk ibu yang ‘bawel’. Terutama soal kebersihan atau tata tertib anak. Termasuk tentunya, apa yang ‘masuk’ ke mulut anak-anakku. Tapi, namanya juga anak kecil. Kadang kalau mereka sedang mampu mengambil alih kekuasaan...agak-agak sulit bagi kita untuk tetap berdiri tegar mempertahankan peraturan. Atau, saat kondisi badan kita sebagai ibu sedang berada pada titik terendah...maka segala cara akan kita halalkan untuk melindungi mereka. Setuju?. Kalau banyak yang menjawab setuju, sekali lagi, ingat satu hal...bumerang.
Begini awal bencana itu terjadi. Saat itu Vina almost 2 years. Dan aku, masih bekerja di sebuah sekolah yang sering mempekerjakan karyawan over time, tanpa over salary, dengan alasan...itu tugas anda...(hei, kita sedang berbicara tentang anak dan bumerang, kan?). oke, lanjut. Sepulang kerja, rasanya capeeeek banget. Lalu muncullah Vina...dengan sekantung permen, yang dijamin bisa membuat dia batuk, atau panas dalam, dan keduanya bukan pilihan yang bagus untukku.
“banyak banget permennya” kataku
“mambut...” jawabnya (arti: mama ut, kakak iparku)
“ntar ina sakit lo...”
Tapi ina cuek beibeh. Segala cara aku gunakan. Tapi dasar Vina, ada saja caranya menyahutiku. Akhirnya jurus terakhir. Kuambil permennya. Dia menangis. Mengamuk tepatnya. Aku yang sedang amat sangat lelah...sedang malas ‘perang’ dengannya(kesalahan). Akhirnya, aku dapat ide. Yang datang tiba-tiba ketika di sebuah stasiun tv swasta menayangkan anak-anak yang...maaf...siap dioperasi karena sumbing. Aku tunjuk ke TV dan kubilang...tuh kalo kebanyakan permen...SO STUPID!!! (kesalahan yang lain). Berhasil. Dia berhenti menangis dan menolak permennya. Oke. Case closed? Oho...nggak semudah itu bu....
Beberapa minggu (bulan, tepatnya) kemudian. Saat aku sudah lupa kejadian itu...
Kami berkunjung ke tempat seorang saudara. Dia sepupuku, yang menikah ke karangasem (satu daerah di bali). Disana, sedang ada persiapan pernikahan adik ipar si sepupu. Kami mendahului dari hari H, karena pada hari yang sama, ada acara serupa di kampungku. Jadi, kesibukan orang-orang yang mempersiapkan acara, tampak jelas. Aku tidak begitu memperhatikan Vina yang sedang sibuk mengamati sesuatu atau apalah. Aku sibuk ngerumpi. Tiba-tiba yang kemudian terdengar jelas...bagiku seperti suara gong besar tepat di telingaku...Vina berkata, di hadapan puluhan orang, “pasti kebanyakan makan permen ya...?” tanyanya pada seorang wanita berusia sekitar 40-an tahun yang...SUMBING!
O M G.....
Kalau boleh...aku ingin menghilang di balik meja mungil yang ada di hadapanku. Atau paling tidak, aku berharap Dumbledore tidak memberikan jubah penghilang kepada Harry Potter, melainkan padaku. Aku benar-benar butuh benda itu, saat ini.
Kutarik Vina, sambil berulang-ulang meminta maaf...mama sinchan kalah...Tapi si ibu itu tersenyum lepas dan dengan enteng dia berkata...bahwa anak-anak memang selalu bertanya padanya, atau pada ibu mereka tentang bibirnya. Ya tapi plis donk jangan anakku...
Kami sempat ngobrol jadinya. Ibu yang baik.
Saat aku kembali ke tempatku, sepupuku melirik padaku, sinis! Sambil berbisik...”good mom heh?”
Aduh. Pelajaran yang amat sangat berharga untukku. Hati-hati pada perkataanmu. Yah...akan selalu aku ingat.
Menjelang pulang, aku kehilangan Vina, saat aku cari, ternyata Vina sedang duduk di pangkuan ibu yang tadi, bersama beberapa anak lain, bersama-sama menata kue di dulang yang sudah dihias cantik.
“dia itu, favorit anak-anak disini. Penyayang banget. Jangan takut, semua anak itu, dulu pernah bertanya juga tentang bibirnya...tapi sekarang semua jadi akrab. Vina juga kan?”
Aku lega. Tapi tetap saja merasa tak enak.
Pengalaman berharga...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar