Rabu, 19 Maret 2008

Prestise ato prestasi?

Hati-hati dengan ambisimu...
sebenarnya, ini sih catatan buat para ortu. atau guru, yang berambisi ingin menjadikan segala sesuatu terlihat lebih baik. Terlihat, bukan selalu yang sebenarnya. Kenapa tiba-tiba aku pengen nulis (ngetik?) ini? Karena, kemaren saat mata kuliah psikologi anak, dosennya rada nyinggung ini. pengalaman ga enak tentang prestise, pernah terjadi padaku.
tepatnya, saat aku baru pindah dari papua, ke bali. saat itu tahun ajaran baru, aku naik ke kelas 2 smu. memang, saat di papua, aku masuk kelas yang rata-rata muridnya mempunyai nilai nem smp 'teratas'. saat pindah ke bali, aku yang sadar diri bahwa kemampuanku sebenarnya rata-rata, bukan diatasnya, minta supaya aku pake semacam replacement test aja, ato dimasukkan pada kelas standar aja.
yang terjadi? secara mengejutkan, tanpa info apapun, aku dimasukkan di kelas unggulan!!!. mungkin seharusnya bangga. tapi sekali lagi, aku nyadar, walaupun seharusnya berpikir positif, dan optimis...kenyataannya, aku tak sehebat itu.
dan yup...aktivitas di kelas unggulan yang super cepat, bikin aku kadang tertinggal. begitu juga karena program pengayaan untuk kelas U porsinya dobel dari kelas biasa, bikin aku cape fisik mental. waktu nilai-nilaiku sempet anjlok, aku milih untuk berbicara dengan wali kelas. setelah melewati proses panjang...keluarlah hasilnya...murid yang di kelas U amat sangat tidak boleh turun ke kelas biasa. kalo tidak mampu...dapat pengayaan tambahan....it wasn't a good solution! aku makin drop...karena, makin terkuras secara fisik.
untungnya...hal yang paling kusyukuri, teman-teman di kelas tuh baiiiik banget. mereka sering bantu aku. mereka juga lelaki dan wanita penghibur terhebat di duniaku...(ih...). merekalah yang jadi 'vitamin mental' buat aku.
walaupun kenyataannya nilai raportku makin menurun. puncaknya, saat penjuruan di kelas 3. aku yang lebih menyukai bahasa atau hitung-hitungan duit....memilih masuk kelas IPS ato Bahasa. beberapa temanku, dari kelas U juga meilih hal yang sama. taukah apa yang kemudian terjadi....???!!! ditetapkan bahwa, murid di kelasU wajib masuk kelas IPA.
aku lemas. terus terang, aku payah dalam fisika dan kimia. walaupun nilai biologiku masuk kategori lumayan. saat itu, banyak yang kecewa. hingga beredar issue tak enak, bahwa pihak kepsek, yang kami tau memang sangat ambisisus...memang punya target bahwa di sekolah kami, murid kelas unggul harus 'banyak' kuantitasnya. begitu juga jurusan IPA.
menjelang ujian smu...ujian nasional...kelas U makin digenjot. untuk menjadi yang terbaik. porsi pengayaan kami makin ditambah. makin diperbanyak latihan. kami makin terforsir...menyedihkan...
yang terjadi....nilai nem untuk murid kelas U, kalah jauh dengan murid dari kelas IPA 1! dan kami rata-rata, mengakui bahwa kami lelah.
ortu, dan diriku, kecewa berat dengan hal ini...nemku jatuh!!! bukan hanya aku, memang, tapi, kenapa aku termasuk?
saat memilih universitas, papa mengingatkan, gunakan hati nurani. maka kupilih manajemen. tahukah...prestasi yang 'pernah hilang' kembali aku dapatkan...IPku tak pernah kurang dari 3,5! aku selalu bersemangat, yah walaupun saat lulus IPku 3,25...itu lebih karena aku sudah kadung ikutan part time di tempat dosenku, hehehehe....
itu jadi semacam catatan untuk diriku. selama 2 tahun itu, aku tiba-tiba berubah menjadi orang yang super tidak pede, selalu merasa tertinggal, dll.
saat ini aku seorang ibu. aku ingin supaya Vina-ku, nggak ngalamain hal yang sama. aku ingin dia bahagia dan berprestasi sesuai umur dan kapasitasnya. melihat dia bahagia, ceria dan mampu mengikuti kegiatan di sekolahnya dan kegiatan tambahannya (yang tidak banyak), sudah benar-benar memuaskan aku. walaupun kadang aku ingin Vina terlihat 'lebih'...lagi-lagi aku ingatkan diriku pada 2 tahun kesuramanku...
ini bukan tentang prestise...tapi tentang hati manusia lain...ya kan? biarpun itu adalah anak ataupun murid kita...tapi mereka punya hati...mereka manusia kan?
so parents...teachers....be carefull with your children....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar