Minggu, 09 Maret 2008

Berjiwa Susah

Ini tentang keluarga kecilku. Kami ini aneh. Tidak berbakat kaya menurut aku dan suamiku. Bukannya akku merasa sudah kaya, jadi aku mengatakan kami sok susah. Tidak. Kami bersyukur karena secara ekonomi, kami sudah baik. Belum berlebihan, tapi untuk hidup sederhana, sudah benar-benar cukup.
Sebelum rumah kami yang di bagian atas toko jadi, aku, suami dan kedua anakku tidur dalam satu kamar di dalam tokoku. Ya computer, lemari baju, tempat tidur berukuran 120x2, dan kasur tambahan, jadi satu. Tumplek, blek.
Setelah rumah bagian atas jadi, dengan 3 kamar, aku dan suami memutuskan membeli sebuah tempat tidur berukuran King . Atau Queen? Entah. Pokoknya yang 180x2oo itu. Bagi kami, itu sudah sangat besar. Minggu-minggu awal, kami memang bersuka ria tidur ber-4 di tempat tidur baru itu. Setelah itu, spring bed jadoel, yang kupakai sejak jaman SMU, yang dulunya kami pakai dibawah, kami bawa ke salah satu kamar diatas. Trus, karena Vina masih sering tidur di kamar kami, spring bed yang bagian atasnya kami taruh di depan TV. Maksudnya, biar enak aja kalau nonton TV. Apa yang terjadi? Kami mulai sering berdesakkan tidur di depan TV. Bayangkan...yang berukuran 120 itu, kami tiduri ber-4. kadang, kalau merasa terlalu sesak, Vina mengalah. Bukan pindah ke kamar. Melainkan...menggelar selimut tebal supaya bisa tidur bersama. Menggelarnya di lantai loh!
Itu belum seberapa. Karena kamar yang dulu kami pakai itu sekarang jadi sedikit lengang, dan lumayan ribet kalau harus bolak-balik dari atas kebawah kalau mata ini sedikit mengantuk, tapi ada orang yang belanja, maka suamiku memutuskan membuat sebuah tempat tidur kayu berukuran 1x2 m. setelah selesai? Kami ber-4 berduyun-duyun tidur disana. Sampai badan terasa pegal-pegal. 2 malam seperti itu. Jadi aku putuskan! Aduh...ga ada deh tidur di bawah. Ayo, keatas aja! Sewaktu kami keatas, Vina dan suamiku tetap ‘parkir’ di kasur jadoel. Aku dan Mesha menuju ke spring bed baru, besar dan harganya lumayan untuk kami itu. Apa yang ku temukan? Ada ee’ tikus. Pecahlah tawaku. Tikus aja demen tidur disono. Ini yang punya malah milih di tempat-tempat yang lain.
Saat ini, kami sering tidur di kamar utama. Sering pula tidur di depan TV. Kadang kalau sedang ngobrol, suamiku suka bilang...kita ini ga berbakat hidup mewah, atau emang sukanya paket?
Maksud dia, kalo dipikir-pikir, kita ini seringnya kemana-mana bersama. Terutama aku dan anakku. Ibaratnya satu paket kemana-mana dah. Entahlah. ... coba aja. Sampai sekarang...mau dinginnya kayak apa, kalau udah kadung nangkring di kasur jadoel, suamiku rela menggelar selimut tebal di samping kasur, daripada pindah kedalam kamar. Enakan begini, katanya.
Hhhh....apa iya ya...kita ini ga berjiwa orang kaya?
Aku ingat juga waktu keponakanku bilang begini...
“teh ming mirip deh kayak bunga”
Bunga siapa ya, pikirku....
“itu tuh....yang di Cinta Bunga...” wah...kepalaku membesar...mirip Laudya C.Bella dunk gue? Ternyata ada lanjutannya...
“tapi, eteh pake kaca, suaranya beda, eteh juga gedean kayaknya dari Bunga...”
“trus apanya yang sama?” tanyaku heran...tau apa jawabannya?
“baju ama celananya sama...sama-sama kayak orang miskin...”
Ddeennnkkk....
Oke deh...aku emang suka make celana-celana santai(jeans) sebetis en kaos-kaos tipis yang nyaman. Dan rambut diikat seadanya...tapi, plisss deh...
Tapi tak apalah...soalnya ada tambahannya kok...
“tapi wau lebih seneng liat eteh daripada Bunga...”
Hehehe...ya eya lah....mau ga dikasi makanan-makanan special buatanku?
Ya sudahlah...
Kali emang bener...kami kan hidup di desa. Biarpun aku kerja di kota. Jadi ya...KATRO....
Buat nyenengin ati, aku kutip kata-kata Desy Ratnasari dulu...dan juga Tukul...
Biar kata orang desa, tampang desa...yang penting rejeki kota...
Yuuukkksss....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar