Minggu, 30 Januari 2011

Anakku Super (kah???)

Yang namanya orangtua, dimanapun, kapanpun, memang sangat menginginkan anaknya menjadi yang terbaik. Yah, minimal masuk kelompok terbaik lah. Jujur saja… semua orangtua pasti begitu, kan?
Aku sendiri, selalu berharap, dan menghayalkan banyak hal baik tentang anak2ku.
Lah, masalahnya, patokan terbaik, atau tidak itu apa ya? Kayaknya belum ada ketentuan yang jelas deh. Kalau aku lihat… bagi banyak ortu, terbaik itu, berarti pintar (pintar itu apa? Lah bisa ngambil bola aja kadang udah dibilang pinter ya?), lucu, menggemaskan, ngomongnya lancar, jadi kalau kusimpulkan, boleh dibilang, anak2 iklan itu lah…
Contohnya ni, pada salah satu iklan susu, wih….katanya anak umur 2 tahun itu, uda pinter ngancingin baju sendiri. Lihat anak kebanyakan-anakku contohnya-….paling banter dia jago ngencingin bajunya…. (walopun, menurut aku, yang di iklan itu, dijamin bukan anak berumur 2 tahun…atau memang 2 tahun…tapi 2 tahun 11 bulan).
Yang seperti ini, seringkali bikin salah persepsi. Banyak calon ibu, dari baru kehamilan sudah minum beragam vitamin untuk si jabang bayi. Dan, yang dominan tentu saja vitamin untuk otak (mengandung dha). Padahal…kalau terlalu banyak vitamin, bukannya kurang baik juga? Misalnya nih…dha berfungsi untuk merangsang perkembangan sel otak. Lah kalo kebanyakan…apa bukannya bisa membuat pertumbuhan yang terlalu pesat? Apa bukannya malah mengganggu keseimbangan pertumbuhan itu sendiri? Ga tau juga ya…ini Cuma pikiran orang awam (aku, maksudnya).
Bahkan ni, seudah si anak lahir, digerecoki dengan banyak vitamin pula…
Pernah aku ngeliat ibu dan bayinya yang amat sangat bulat. Si ibu udah kesulitan banget bawa bayinya. Tau apa makanan si bayi? Itu loh…bubur jadi, yang untuk memontokkan bayi….
Buset….aku ikut prihatin pada masa depan si anak….(hehehehe, maaf…)
Atau, ada seorang sepupu, yang sedang mengambil spesialisasi anak, mengeluh, betapa banyaknya ortu masa kini maunya ngasi anaknya vitamin. Penambah nafsu makan lah, untuk nutrisi otak lah…
Aku sendiri, terus terang suka juga memberi anakku vitamin…sewaktu anakku baru makan bubur, aku juga suka membelikan bubur khusus untuk memontokkan bayi. Hasilnya? Si Vina waktu bayi begeng aja tu…ga mau montok kayak bayi lain di iklan TV. Apa kata sepupu aku? “jeng…kalo emang anaknya ga bisa gemuk, jangan dipaksa deh…yang penting, berat badan udah sesuai sama standar dan perkembangan fisik dia juga udah sesuai…”
Ya sudah, aku ga pusing lagi. Toh, walopun anakku ga ada yang montok, makannya ga pernah kurang, dan sudah sesuai standar gizi. Perkembangan kemampuan motorik dan lainnya juga ga pernah berlebihan atau kekurangan. Standar lah…
Seudah melewati tahapan bayi, tahapan berjalan dan berbicara juga suka bikin aku stress. Maklum, aku tinggal di kampung. Jadi, interaksi dengan lingkungan sekitar masih sangat intens. Banyak anak seumuran Vina, sudah mulai bicara. Tapi Vina-ku, masih sangat susah. Banyak keluarga dekat, bahkan neneknya, suka paranoid, apakah dia gagu? Astaga…
Tapi mama meyakinkan aku, asalkan indera pendengaran dia berfungsi dengan baik, ga ada yang perlu ditakutkan. Tambah lagi, aku sendiri, sampai mencapai umur 3th, masih bermasalah dengan kemampuan berbicara. Bisa jadi, ini semacam turunan…(kutukan? Hehehehe, lebay).
Di majalah untuk ortu muda, aku juga banyak membaca tentang mengatasi anak yang agak kesulitan dengan bicara. Maka, dengan berbekal semangat mama dan majalah, aku mulai mencoba cara itu. Berhasil kok. Malah kata2 yang keluar dari mulut Vina, bukan sekedar mengulang omongan orang (sampai kata2 kasar pun ditiru), tapi berbicara sesuai keperluan…
Bangga aku…walaupun, saat ini jadinya kata2 yang keluar kebanyakn ya, dan banyak hal dibahas sampai detailnya…kalo kupingku dikorek dengan peralatan masa depan, mungkin bisa muat di flash disc dengan kapasitas 32GB. Itu Cuma omongan Vina, belom termasuk Meca…
Jadi, saat membesarkan Meca, aku sudah kebal dengan berbagai perbandingan macam itu. Ga peduli Meca terlambat berbicara, ga peduli meca lebih sering diam…aku tetap membimbing dia. Kali ini dengan bantuan mama (tetep), nik uti, mama ut(biangnya), suami (waktunya sudah banyak untuk keluarga)…
Dan meca-ku baik2 saja. Vina sendiri, walaupun cadel (gimana mamanya lah…) saat ini sering didaulat jadi semacam pembicara untuk berbagai kegiatan sekolahnya.
Hanya saja, aku memang bisa bersikap berlebihan kalau urusan sekolah. Belajar, is a must…
Dalam satu hari, Vina harus sempat belajar paling tidak 1,5 jam. Entah untuk PR ataupun mengulang pelajaran. Jangan dipaksa, tapi diarahkan. Untuk yang baru belajar nulis? Macam Meca…aku ga maksa. Umuran TK kecil dia. Itupun sekolahnya dalam seminggu banyakan bolosnya. Dia lebih nyaman belajar bersamaku dibanding gurunya.
Wah, jangan pikir kami (aku dan suamiku, tentu…) adalah satu tim hebat dalam mendidik anak2. Waaaaa….jauh dari sempurna.
Terutama mengajari Meca…butuh perjuangan dan itikad yang sangat kuat (itikad = kemampuan menahan diri untuk tidak mengigit dia). Masih ingat kasus ‘ibu jari-telunjuk-jaritengah-jari manis-telunjuk…!!!’ ? atau ‘satu dua tiga empat lima delapan duabelas’ ? (dengan alasan angka enam itu sebenarnya tidak pernah ada???)
Benar2 diperlukan hati seluas samudera.
Vina? Oke dia termasuk diatas rata2. Tapi…bukan hal mudah mempertahankan konsentrasi dia pada pelajaran. Contohnya, saat belajar IPS, tiba2 dia bertanya tentang…”ma, kalo hp bisa internet, berarti bisa buka google kan?” padahal bo….aku sedang menjelaskan tentang KTP dan akte kelahiran…
Emosi dah…
Intinya sih…jangan terlampau yakin dengan perbandingan. Mau anak tetangga dah bisa boker sendiri, dah bisa nyebutin angka ampe 100, atau apapun…selama anak kita masih bisa mengikuti pelajaran, masih bisa diajar berbagai hal baru, biarlah apa yang terjadi pada anak tetangga, atau anak di TV.
Tak usah pula terpengaruh pada berbagai vitamin atau susu superior. Percaya tidak, kemarin aku baru baca di Koran, bahwa terlalu banyak vitamin tertentu justru tidak begitu baik untuk anak. Pada vitamin tertentu, justru bisa berpengaruh pada kondisi labung atau ginjal anak. Jangan deh bergantung pada suplemen tambahan. Asupan makanan alamiah selalu yang terbaik (itupun, kadang sudah terkontaminasi berbagai bahan kimia,kan?)
Sudahlah, tak usah berlebihan. Apa adanya saja…
Untuk anak, jangan coba2 lah…..
Sip, parents???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar