Jumat, 15 Februari 2013

Salut buatmu Na...

Sometimes, she shows me how to live and become the winner...
Saat saya kecil dulu, saya seringkali digoda oleh para sepupu yang jauh lebih besar. Itu karena saya lebih mirip anak keturunan Tionghoa. Yang sering membuat saya menangis adalah karena saya dibilang anak angkat, bukan karena mirip warga keturunan, karena saya tau, warga keturunan itu artinya, berkulit putih dan mata khas oriental (it means..i'm pretty...aren't I?) :p
Satu lagi, karena saya badil, atau tidak bisa mengucapkan salah satu huruf dengan benar. Pada kasus saya sih, saya tidak mengucapkan huruf 'r' dengan benar.
Jadilah, cara saya berbicara sering ditirukan dengan cara yang ekstrim (̾˘̶̀̾̾ ̯˘̶́̾ ̾̾̾'̾̾)̾
Menghadapi banyak sepupu senior yang super jahil, membuat saya jadi kebal habis.
Saat SD di Merauke dulu, teman-teman sampai kesal sendiri menggoda saya. Saya tidak peduli dikatai cadel atau apapun. Saya sangat cuek, walaupun, saat sampai di rumah saya sering ngambek sejadi-jadinya :D, namanya juga anak-anak, boleh dong kesel...
Yang jelas, saat d skolah, saya tidak peduli kalau dikerjai. Begitu pula saat di SMP dan seterusnya. Jadi, teman2 sudah terbiasa dengan saya yang tidak bisa mengucapkan huruf 'r'
Sekalipun ada yang masih sesekali menggoda saya, saya cuek saja.
Kejadian berulang saat saya memiliki Vina. Persis seperti saya, vina kesulitan melafalkan huruf 'r' dan setelah kami lihat bentuk lidahnya, pendek seperti saya. Kan kata orang dulu, kalo lidahnya buntek dan pendek PASTI cadel. Itu keyakinan saya...dan orang-orang disekitar kami(Wih, yakin banget yakk).
Saat kelas 1 s/d kelas 2 SD, vina sering menangis karena dijadikan objek candaan teman-temannya. Setiap kali membaca atau maju ke depan kelas, dia jadi marah dan ngambek karena cara bicaranya yang cadel sering diikuti teman-teman bahkan kakak kelasnya.
Sering dia mengadu dengan sedihnya. Lalu, saya ajarkan dia cara utk 'fight' versi saya.
Saya jelaskan, bahwa itu sudah kondisi nyata, artinya kenapa harus menangis dan down kalau nyatanya memang tidak bisa? Toh itu tidak menghalangi kecerdasan Vina. Guru juga tidak membedakan...dst, dst.
Intinya saya ingin dia kuat mental dan tidak down.
Berhasil memang, dia jadi tak peduli lagi jika dikatai cadel. "Memang ina cadel, kok..." Itu jawabannya. Dan dia tak ragu lagi maju ke depan kelas, bahkan mengajarkan teman2nya.
Satu hal yang diluar perkiraan saya, dia giat berlatih mengucapkan huruf 'r'
Dengan cara yang ekstrim, menurut saya...
"Mama, mau makan rrrroti" atau
"Vina aja yang nutup pagarrrrrr" dan lainnya
Kami sempet kasihan, takut dia kecewa, karena terlalu keras berlatih, mengingat: lidahnya pendek.
Siapa sangka? Setelah hampir 3 bulan...kami sadar, ada yang berubah...pelafalan r-nya mulai jelas. Sangat jelas, malah...
Dan akhirnya dia bisa mengucapkan huruf r yang sangaaaaaat panjang. Tidak ada lagi si cadel.
Saat itu saya sangat sangat sadar, bahwa ternyata, menerima kenyataan kondisi diri saja tidaklah cukup. Tidak ada salahnya berusaha. Apapun itu, kalau diusahakan pasti akan bisa, kalaupun tidak, paling tidak kita akan lebih menghargai diri kita. Karna kita sudah mencoba...
Fakta bahwa lidahnya pendek dan bulat, juga tidak cukup mematahkan semangatnya berusaha...
Well done, my daughter...
Mama harus banyak belajar dari kalian, anak-anak mama ;)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar